Kamis, 30 April 2009

Kawasan Rawa Di Desa Tungkaran Martapura Kalimantan Selatan

Tahukah Anda apa sich lahan basah itu atau yang kata bahasa inggrisnya wetland gitu..?

Secara umumnya sih lahan basah (wetland) merupakan daerah yang memiliki lahan tanah yang jenuh dengan uap air baik secara permanen atau musiman.

Nah, kalau menurut Konferensi Ramsar, lahan basah adalah sebagai daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan, alami atau buatan, tetap atau sementara, dengan air yang tergenang atau yang mengalir, tawar, payau atau asin, termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari 6 meter pada waktu air surut.


Lahan basah di Indonesia terbagi atas:
  1. Kawasan laut (marine)
  2. Kawasan muara (estuarin)
  3. Kawasan sungai dan air mengalir (reverin)
  4. Kawasan danau (lakustrin)
  5. Kawasan Rawa (palustrin)
  6. Lahan basah buatan
Propinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu daerah yang kaya akan lahan basah. Lahan basah yang ada di daerah Kal-Sel misalnya kawasan rawa (palustrin) yang terdapat di desa Tungkaran Martapura, tepatnya di titik koordinat S : 3o 23' 55.7" dan E : 114o 49' 32.5". Kawasan rawa yang ada di daerah ini banyak di manfaatkan sebagai lahan pertanian, tambak ikan, dan ada juga sebagai habitat tanaman yaitu eceng gondok dan teratai.

1. Eceng Gondok
Pastinya dah taukan tanaman yang namanya eceng gondok ini. Bagi yang belum tau, nih dijelasin sekilas mengenai eceng gondok.

Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut
. Tumbuhan ini dapat mentolerir perubahan yang ektrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air.

Laju pertumbuhan eceng gondok ini bisa dibilang cepat, pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium.

Tau ndak sich, kata orang-orang yang suka berbaur dengan dunia tanaman, eceng gondok ini dibilang gulma lho. Mau tau alasannya??begini lho, kemampuan perkembangbiakannya yang tinggi dan penyesuaian dirinya yang baik pada berbagai iklim membuat tanaman ini telah tersebar luas di dunia terutama di negara-negara tropis dan sub-tropis. Penanggulangan tanaman ini sangat sukar sehingga terus menerus menimbulkan problema-problema yang berhubungan dengan navigasi, kontrol banjir, agrikultur, irigasi dan drainase, nilai dari tanah, konservasi satwa liar, perikanan, suplai sumber air, kesehatan lingkungan dan lainnya sehingga pantaslah apabila tanaman ini digelari sebagai “Gulma (tanaman pengganggu) terburuk didunia” dan “Gulma dengan biaya pengelolaan jutaan dollar”. Selain itu, banyak juga dampak negatif yang ditimbulkan eceng gondok misalnya:
  • Meningkatnya evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui daun-daun tanaman), karena daun-daunnya yang lebar dan serta pertumbuhannya yang cepat.
  • Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved Oxygens).
  • Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan.
  • Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan dan beberapa daerah lainnya.
  • Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia.
  • Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.
Wah, banyak juga ya masalah yang ditimbulkan oleh tanaman eceng gondok. Tetapi, ndak usah khawatir, di balik itu semua tanaman eceng gondok juga ada manfaatnya lho, kan eceng gondok juga makhluk hidup yang diciptakan oleh sang Khaliq, pastinya tak ada sesuatu yang sia-sia dari ciptaan-Nya itu. Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan dalam menangkap polutan logam berat. Rangkaian penelitian seputar kemampuan eceng gondok oleh peneliti Indonesia antara lain oleh Widyanto dan Susilo (1977) yang melaporkan dalam waktu 24 jam eceng gondok mampu menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masing- masing sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu tak bercampur. Eceng gondok juga menyerap Cd 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat kering apabila logam-logam itu berada dalam keadaan tercampur dengan logam lain. Lubis dan Sofyan (1986) menyimpulkan logam chrom (Cr) dapat diserap oleh eceng gondok secara maksimal pada pH 7. Dalam penelitiannya, logam Cr semula berkadar 15 ppm turun hingga 51,85 persen. Selain dapat menyerap logam berat, eceng gondok dilaporkan juga mampu menyerap residu pestisida.

Tuh, ada timbal baliknya juga kan tentang dampak negatif dan positif dari tanaman eceng gondok ini. Dari uaraian di atas, dah sedikit ada bayangan kan tentang tanaman eceng gondok ini. Sekarang kita kembali dengan habitat eceng gondok di wilayah Tungkaran Martapura.

Kawasan rawa di daerah Tungkaran Martapura selain banyaknya tanaman eceng gondok, banyak juga lahan pertaniannya juga lho. Jika habitat eceng gondok lebih besar dibandingkan habitat pada lahan pertanian apa yang akan terjadi ya..?

Jika kita lihat dari dampak negatif tentang eceng gondok yang akarnya menyerap
nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium, pasti kebayangkan berapa banyak nutrien yang bisa di serap oleh tanaman di lahan pertanian itum tentunya sangat sedikit kan. Sehingga, lama kelamaan populasi eceng gondok pun akan meledak pesat sedangkan tanaman di lahan pertanian akan berkurang pertumbuhannya.

Saya sebagai anak sains matematika, pastinya kepikir berapa besarnya laju pertumbuhan eceng gondok itu. misalkan saja kita ambil sampel variabel V = laju pertumbuhan eceng gondok, n = banyaknya eceng gondok yang tumbuh dalam satu meter persegi lahan itu, s = lamanya eceng gondok itu tumbuh, sisa dibuat persamaan:
V = n/s

Misalkan pada suatu lahan diketahui banyaknya eceng gondok yang tumbuh dalam satu meter persegi sebesar 150 tanaman, sedangkan lamanya waktu yang diperlukan adalah 2 hari. Berapa ya laju pertumbuhan eceng gondoknya?

Diketahuikan n= 150 tanaman, s = 2 hari, sehingga:
V = n/s
= 150/2
= 75
Jadi, laju pertumbuhan eceng gondok di lahan itu sebesar 75 tanaman per hari.

Wah, kebayang nggak berapa banyak tuh eceng gondok yang akan tumbuh selama 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun nanti. Jangan-jangan nih semua lahan kita bakalan dipenuhi sama yang namanya eceng gondok terus kita tinggal di mana donk..?

Eit...tak usah khawatir lagi, setelah kita tau tuh pertumbuhan eceng gondok yang begitu pesat, kita tak mungkin tinggal diam kan, ayo bertindak cari solusi 'ntuk nanggulanginya.
Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya antara lain:
  • Menggunakan herbisida
  • Mengangkat eceng gondok tersebut secara langsung dari lingkungan perairan
  • Menggunakan predator (hewan sebagai pemakan eceng gondok), salah satunya adalah dengan menggunakan ikan grass carp (Ctenopharyngodon idella) atau ikan koan. Ikan grass carp memakan akar eceng gondok, sehingga keseimbangan gulma di permukaan air hilang, daunnya menyentuh permukaan air sehingga terjadi dekomposisi dan kemudian dimakan ikan. Cara ini pernah dilakukan di danau Kerinci dan berhasil mengatasi eceng gondok di danau tersebut.
  • Memanfaatkan eceng gondok tersebut, misalnya sebagai bahan pembuatan kertas, kompos, biogas, perabotan, kerajinan tangan, sebagai media pertumbuhan bagi jamur merang.
Nah, dengan penaggulangan begini kan eceng gondok nggak kan terus meledak tuh populasinya. Jika penanggulangan itu dilakukan di desa Tungkaran, kawasan rawa di sana juga nggak bakalan terpenuhi oleh tanaman gulma ini. Selain itu, tanaman-tanaman di lahan sekitarnya juga bisa menyerap air yang mengandung nutrien kan dan juga kawasan yang ditumbuhi gulma tadi bisa dijadikan pemanfaatan lahan basah lainnya. Tetapi, perlu diingat juga, kalau memberantas eceng gondok jangan semuanya, kan gulma ini juga ada manfaatnya ingat nggak, manfaatnya menangkap polutan logam berat.

Di wilayah Kal-Sel ini kan merupakam kawasan pertambangan, jadi kemungkinan besar tuh air tanah yang mengalir sampai ke rawa-rawa seperti di Tungkaran itu mengandung unsur logamnya. Jadi, baiknya banyaknya tanaman gulma eceng gondok ini diimbangkan dengan banyaknya tanaman yang lain. Sehingga bisabersimbiosis mutualisme tuh kata anak biologi.

Misalnya dalam satu lahan tanaman eceng gondoknya lebih sedikit dari pada tanaman yang lain. Mengapa demikian?jawabnya, karena kan eceng gondok itu lebih cepat berkembangnya jadi ditanamnya juga jangan terlalu banyak agar air yang diserap oleh tanaman itu bisa berbagi dan juga tugas eceng gondok di sini senagai penyerap polutan logam berat yang terkandung di air. Selain itu, kalau terlihat tanaman eceng gondoknya sudah mulai banyak tuh bisa di basmi secukupnya.

Nah, kalau begitu kita buat aja perbandingan dan persamaanya, misalkan Z merupakan suatu lahan, y sebagai gulma, dan x sebagai tanaman lain, sehingga:

Perbandingannya > eceng gondok : tanaman lain
1 : 2

Persamaanya > Z = x + 2y , di mana x = 1/3 Z dan y = 2/3 Z

2. Teratai
Pastinya udah pada kenal sama teratai kan.....

Teratai (Nymphaea) adalah nama genus untuk tanaman air dari suku Nymphaeaceae. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai water-lily atau waterlily. Di Indonesia, teratai juga digunakan untuk menyebut tanaman dari genus Nelumbo (lotus). Pada zaman dulu, orang memang sering mencampuradukkan antara tanaman genus Nelumbo seperti seroja dengan genus Nymphaea (teratai). Pada Nelumbo, bunga terdapat di atas permukaan air (tidak mengapung), kelopak bersemu merah (teratai berwarna putih hingga kuning), daun berbentuk lingkaran penuh dan rimpangnya biasa dikonsumsi.

Tanaman tumbuh di permukaan air yang tenang. Bunga dan daun terdapat di permukaan air, keluar dari tangkai yang berasal dari rizoma yang berada di dalam lumpur pada dasar kolam, sungai atau rawa. Tangkai terdapat di tengah-tengah daun. Daun berbentuk bundar atau bentuk oval yang lebar yang terpotong pada jari-jari menuju ke tangkai. Permukaan daun tidak mengandung lapisan lilin sehingga air yang jatuh ke permukaan daun tidak membentuk butiran air.

Bunga terdapat pada tangkai yang merupakan perpanjangan dari rimpang. Diameter bunga antara 5-10 cm.

Selain eceng gondok, teratai juga lumayan banyak ditemukan di desa Tungkaran Martapura. Sedikit berbeda dengan eceng sondok, teratai atau sering dibilang bunga seroja ini memiliki daya tarik tersendiri. Sosoknya yang anggun, indah, alami , dan eksotis sekaligus menyejukan pandangan. Selain indah, tumbuhan teratai juga memiliki cara menyesuaikan diri terhadap tempat hidupnya dengan cara yang unik.

Banyak manfaat dari teratai ini, antara lain:
  • Sebagai tanaman hias, keindahan dan keanggunan teratai tak perlu diragukan lagi. Tanaman ini bisa berbunga beberapa kali dalam setahun, sehingga boleh dibilang masa pembungaannya tidak mengenal musim. Pada saat mekar, diameter bunga mencapai 25 cm.
  • Daun teratai banyak mengandung vitamin C dan sering dipakai untuk membungkus makanan yang ditim,
    seperti nasi tim dan tim ayam, untuk menimbulkan aroma khas teratai. Di samping itu, daun teratai yang telah dibakar dapat digunakan untuk mengobati luka memar dan bisul.
  • Umbi teratai yang menyerupai ubi jalar tetapi berlubang-lubang ini banyak mengandung protein, vitamin C, B1, B2, dan asam dasar NH3, yang dapat menghangatkan tubuh serta menghilangkan memar.
  • Sebagai makanan, biji teratai ternyata mengandung protein tinggi, vitamin C, dan senyawa kimia ragi. Oleh karena itulah teratai dipercaya dapat mengembalikan kekuatan tubuh dan memperlancar peredaran darah. Saat ini, di pasar swalayan banyak tersedia umbi kering dan biji teratai yang siap diolah sebagai bahan sup dan makanan ringan (snack).
  • Akar rimpang teratai yang mengandung air, lodoh, dan berasa manis, dapat dimakan setelah direbus atau dipendam dalam abu. Tunas-tunas akar muda, yang banyak mengandung zat pati, dapat diolah menjadi sayuran lezat dan berkhasiat menyembuhkan diare. Sedangkan akar yang agak tua, liat, dan berserabut, air rebusannya bermanfaat untuk melancarkan air seni.
  • Lendir dari irisan tangkai daun dan bunga teratai ini mereka gunakan untuk mengobati mencret dan muntah-muntah yang disertai kejang.
  • Buah teratai, yang mirip buah karang dan berwarna hijau kekuningan berasa sepat. Hal ini baik sekali sebagai obat datang bulan yang tidak teratur.
Banyakkan manfaat dari teratai nan indah itu. Meskipun demikian, sebaiknya kita agak berhati hati terhadap lembaga yang terdapat dalam biji teratai sebab mengandung alkoid nelumbine. Jika alkoid inisampai masuk ke peredaran darah manusia, maka akan menyebabkan kelumpuhan pada sumsum tulang punggung dan jantung. Oleh karena itu, sebelum biji teratai diolah, sebaiknya bagian lembaga dibuang terlebih dahulu.